Musim libur semester ganjil telah di mulai diakhir tahun 2016 hingga awal tahun 2017, melewati malam yang memisahkan satu tahun dengan tahun berikutnya. Liburan ini rupanya sedikit memberikan efek dopamin kepada mahasiswa yang rindu akan kampung halamannya. Semasa liburan branda di instagramku di penuhi foto dengan raut bahagia rekan-rekanku menyambut libur yang cukup panjang
Terhitung hari ini, Sudah seminggu aku tak di asrama, asrama peradaban dimana aku ditempa menjadi manusia yang merdeka seutuhnya. Bukan justru membuatku terkekang dengan segala peraturan yg di berlakukan.
Kemerdekaan yang baru - baru ini aku sadari setelah mengikuti rangkaian pembinaan yg di wajibkan bagi seluruh penghuni asrama. Meski terkadang rangkaian kegiatan yang dijalani terasa monoton, tapi rasanya sehari saja abstain kegiatan, ada sesuatu yang terasa mengganjal.
Akhirnya ditengah kegalauanku dalam mengisi liburan, ku putuskan untuk aktif kembali berkomunikasi dengan beberapa teman lama, kusapa kembali kawan - kawan di grup whatsapp yang sudah lama kuabaikan.
kuawali sebuah chat di grup yang jarang aku jamah dengan kalimat "assalamualaikum..." satu, dua hingga semua kawan lamaku merespon dan akhirnya kami larut dalam perbincangan panjang saling bertanya khabar. Meski rasanya chat di grup whatsapp tidak berfaedah namun keseruan yang dibangun, telah melenakan akan waktu yang Allah berikan Sesekali terbesit "ah jarang - jarang ini".. alasan yang berusaha dibangun demi menghalalkan perbincangan yg sedikit akan manfaat. Namun rupanya aku lupa satu pahala yang mungkin kudapatkan dari perbincangan itu. Yaitu pahala bersilaturahmi. Tunggu apakah bersilaturahmi melalui medsos mendapat pahala? Ah sudahlah semoga saja mendapatkan pahala.
Dari perbincangan yang di bangun di medsos, aku memutuskan mengajak para penghuni grup bertemu di dunia yang sesungguhnya. Meski seseru apapun percakapan di medsos, tetap tidak bisa mengalahkan keseruan saat berkumpul langsung.
Agenda pertama kami waktu itu adalah bakar - bakaran ayam, kebetulan aku terbiasa membuat ayam bakar. Jadi dengan percaya diri kutawarkan diriku menjadi koki amatir. Kegiatan berlangsung dari sore hingga malam. Hampir setiap menitnya selalu ada gelak tawa terdengar. Untunglah rumah temanku yang dijadikan tempat berkumpul, jauh dari pemukiman.
Rupanya banyak cerita baru dari beberapa temanku, cerita yang selalu membuatku penasaran, baik itu tentang perkembangan di kampus masing2, kabar tentang keluarga mereka dan tentang visi kedepannya ala anak muda yang idealis.
Sejauh cerita ini aku belum memperkenalkan siapa kawan - kawanku, tapi rasanya tidak pentinglah aku sebutkan nama mereka. Yang pasti semuanya adalah kawan SMA ku ada pula yang satu smp, kita sampai saat ini di persatukan karna sudah terlalu sering berada di satu organisasi, terakhir organisasi relawan, dengan visi mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya di pelosok desa.
Sebelum aku menjadi mahasiswa dengan warna almet karung goni,kegiatan rutin setiap minggu pagi adalah menuju desa binaan, mengajar baca tulis dan tak jarang pula berbagi mimpi dengan anak - anak yang serba minim akan berbagai akses.
Mengajar memberi tahu arti akan kepedulian, “Care And Share”. sebuah jargon? Slogan? Moto? Atau apalah itu yang selalu kami teriakan dengan semangat, kata ini bukan hanya sekedar penyemangat, aku merasakan sistem, yang dibangun pondasinya terbentuk dan dijiwai dari kata tersebut mungkin itu yang membuat kita dekat sampai saat ini dengan kehangatan seakan sebuah keluarga.
Liburanku lebih banyak di habiskan di komunitas yang slalu mengemban kata care and share ini. Kenyamanan yang di bangun membuatku betah untuk berlama lama bersama para volunteernya. Hingga satu kesempatan ISBANBAN diundang di event paling di tunggu - tunggu oleh para peseragam putih abu- abu. Yaitu acara University Day Out (UDO). Kegiatannya mengenai pengenalan kampus dan jurusan di seluruh Indonesia yang di gelar oleh ikatan mahasiswa yang ada di Banten.
Dalam kegiatan tersebut isbanban diberikan kesempatan membuka stand memperkenalkan mengenai dunia volunterism dan melakukan open recruitment. Dalam benakku ini lah kesempatan untuk kembali mengabdi, biarpun tidak mengajar ke plosok desa, namun setidaknya berupaya menarik generasi penerus untuk peduli kepada pendidikan dengan bergabung bersama Isbanban.
***
to be continued….